Kamu Doyan Dugem Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Seharusnya Mulai Mengurangi Party : Anakui

Apakah Kamu Doyan Dugem? Awalnya Mungkin Seru, Tapi Apa Iya Party yang Berlebihan itu Baik?

Salah satu mahasiswa senior UI pernah menyabdakan teorinya, bahwa tipe mahasiswa itu ada tiga, yakni kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, kura-kura alias kuliah rapat-kuliah rapat, dan kura-kura mati alias kuliah rapat malam party, alias dugem.

Nggak bisa disalahin dong, buat mahasiswa yang udah terkontaminasi budaya party, sadar kalau party itu seru. Friends, dance, dan chance untuk kenalan sama orang-orang baru. Awalnya sih cuma setelah UAS, dengan embel-embel refreshing. Tapi karena seru, semester berikutnya nambah jadi setelah UTS dan setelah UAS. Alibinya masih refreshing. Terus jadi rutinitas tiap bulan, tiap weekend hingga akhirnya kamu addicted hingga kamu dikenal baik sama DJ, bartender, bouncer, dan bahkan pengunjung lain.

Seseru itu? Iya memang seru, tapi yang namanya addicted itu nggak pernah ada positif, bahkan addicted to you nggak selamanya happy ending. Coba baca beberapa alasan ini yang mungkin bisa jadi pertimbangan kamu untuk setidaknya mengurangi yang namanya party, malah kalau bisa tobat, deh.

Senengnya Nggak Lama
Senengnya nggak lama. (Sumber:)
Senengnya nggak lama. (Sumber:Photo Credit: avarty via Compfight cc)
Coba dipikir ulang, ini bener banget loh. Kamu sampai di nightclub, terus dance sampe pegel dan akhirnya sadar kalau kamu nggak dapet tempat duduk karena udah kelamaan dance dan tempat duduk udah pada penuh. Kamu haus dan bar nggak menyediakan minuman yang menghilangkan dahaga, biasanya hanya menyediakan yang menghilangkan kesadaran. Kamu yang sudah keleahan di dance floor akhirnya harus menerobos kerumunan orang yang berkeringat dengan risiko terinjak, terdorong, dan sebagainya.

Pasrah, kamu pesen deh tuh minuman yang mengilangkan kesadaran. Seringkali, kalau yang namanya orang going out to nightclub itu minum untuk melupakan sejenak semua masalah dan keluar dari rutinitas. Lain cerita kalau party itu sendiri udah jadi rutinitas. Setelah dua sampai tiga jam party, sisanya adalah 5 sampai 6 jam hangover, pinggang pegel, budeg gegara musik yang kekencengan. Not really having fun, kan? Kalaupun kamu bersenang-senang, it’s gonna be the night you’ll never remember karena ya, kamu gitu-gitu aja having fun-nya. Sebentar juga udah lupa.

 

Friends?
Yakin mereka teman? (Sumber:)
Yakin mereka teman? (Sumber:Photo Credit: avarty via Compfight cc)
Oke, sadarkah kamu kalau party bukan tempat yang tepat untuk hangout sama temen-temen? Katakan kamu dateng bertiga. Dua temen kamu dapet kenalan dan punya kepentingan untuk afterparty. Kamu, karena nggak dapet, ya ditinggal. Kamu juga nggak bisa berharap mereka bakal ninggalin ‘kenalan baru’-nya demi kamu, dong. Itu temen?

Belum lagi, kalau perkara spend time with bro atau sista yang berkualitas tentu melibatkan berbagi cerita. Tapi kalo di party, boro-boro curhat dari hati ke hati, kamu mau pamit ke kamar mandi aja harus screaming kaya penyanyi band metal.

Dan, yang namanya party dan kamu party-nya all night, pasti ada satu orang yang jadi tumbal nggak bisa ikut seneng-seneng karena dia jadi your ticket home atau lebih tepatnya your ride home. Kamu seneng-seneng, dia duduk aja bengong, ngantuk, tapi harus terus di situ, supaya temen-temennya yang lagi asyik itu nantinya bisa pulang dengan selamat. Bahkan kadang dia yang ngurusin kalian sampe nganterin satu-satu ke mobil, bantuin kamu kalo mau muntah atau nyariin aspirin jam 4 pagi gegara kamu pusing. Itu temen?

Bukannya lebih baik kalian spending time bareng di restoran atau di cafe, ketawa-ketiwi sampe pagi, atau malah nginep di salah satu rumah temen dan ngobrol semalam suntuk. Aman, and nobody left behind?

 

Getting tricked by business
Getting tricked by business. (Sumber:)
Getting tricked by business. (Sumber:)
Pasti pernah denger Thrift Shop-nya Macklemore ft. Ryan Lewis. Nah, mengutip lirik dari lagu itu, sebenernya kamu tanpa sadar jadi konsumeris ketika kamu kecanduan party, dan kamu ditipu sama yang namanya party. Nggak sadar? Coba perhatiin bener-bener ketika kamu pergi party. Nightclub itu sebenernya cuma bar dan dance floor, lampunya digelapin, suara musik digedein, harga minuman dinaikin. Iya, nggak? Mirip sama dihipnotis kan? Kamu nggak bisa lihat dengan jelas, nggak bisa denger, dan tanpa sadar duit udah melayang aja. Pulang-pulang pusing. That’s you, getting tricked by business. Kalo kamu terpesona sama party-party yang digambarin di semua video klip Pitbull, nggak semua party begitu. Bam.

Welcome to reality.

 

Risks
Risk (Sumber:)
Risk (Sumber:Photo Credit: pones! via Compfight cc)
Ini salah satu alasan kenapa kamu nantinya akan berhenti sering-sering party. Di ruang publik yang namanya party, kamu punya risiko tinggi untuk terkena kemalangan, dari yang namanya diajak berantem karena numpahin minum orang, kecopetan atau kehilangan dompet, kacamata jatoh dan keinjek, sampai kaki keinjek di dance floor. Yang lebih parah adalah kamu punya kemungkinan going home with the wrong person. Lagian, jujur deh, seberapa besar sih kemungkinan kamu ketemu the love of your life dalam situasi ini?

Sumber Referensi :